Contact Person 5373710c
Klik Fb

Saturday, June 7, 2014

Astana Mangadeg


Astana Mangadeg adalah makam yang digunakan untuk para keluarga Mangkunegaran. Tempat ini berdiri pada ketinggian 750 meter diatas permukaan laut. Disana juga digunakan sebagai tempat peristirahatan terakhir dari Pangeran Sambernyawa atau Mangkunegara I, Mangkunegara II, dan Mangkunegara III. Didalam komplek Mangadeg ini juga ada keluarga dan para pejuang yang ikut serta dalam melawan Kasultanan Mataram dan VOC yang diakhiri dengan digelarnya Perjanjian Salatiga pada tahun 1758.

Tempatnya sangat tenang, asri dan sejuk karena berada di kaki Gunung Lawu, tepatnya di sebelah timur Kecamatan Matesih. Konon, disini dulu juga sering digunakan oleh Pangeran Sambernyawa untuk bersemedi, menenangkan dan menjernihkan pikiran atas permasalahan yang terjadi.

Astana Mangadeg juga dapat dikunjungi oleh peziarah umum. Biasanya, mereka melakukan meditasi dan mendoakan leluhur yang dimakamkan disana. Astana Mangadeg memang dibangun untuk keluarga dan juga keturunan raja-raja Mangkunegara dengan lokasi yang berdekatan dengan Astana Giribangun dan Astana Girilayu.

Menurut cerita, pada saat pembangunan Astana Giribangun sebagai tempat keluarga Alm Presiden Soeharto ini dibuat, lokasi bukit tersebut harus diturunkan dengan menggunakan linggis dan cangkul agar ketinggian Astana Giribangun tidak menyamai Astana Mangadeg walaupun jaraknya hanya sekitar 500 meter. Hal ini merupakan aturan tidak tertulis yang dikeluarkan oleh Mangkunegaran yang tidak mengijinkan ada bangunan lain yang posisinya lebih tinggi dari Astana Mangadeg.

Warga yang tinggal disana pun menyetujui karena Astana Mangadeg mempunyai tingkat kekeramatan yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan Astana Giribangun. Hal ini karena orang yang dimakamkan di Astana Mangadeg mempunyai darah bangsawan khususnya dari keraton dan dianggap lebih memiliki ilmu kesaktian tinggi.

Maka, tidaklah mengherankan bila pada hari-hari tertentu, Astana Mangadeg dikunjungi oleh banyak orang. Mereka datang memburu ‘wangsit’ atau petunjuk serta mencari benda pusaka keraton yang konon banyak tersebar di kompleks Astana Mangadeg.

Dan jika sedang muncul, pusaka itu pun terlihat bercahaya dan terbang ke angkasa. Lalu, bagaiamana caranya untuk dapat berziarah ke makam ini? Nah, bagi anda yang ingin berziarah ke Astana Mangadeg, anda perlu mendaftar dulu di kantor pengelola yang berada di pintu masuk di sekitar tempat parkir.

Disana, anda diharuskan menulis nama, alamat dan pekerjaan anda. Biarpun tidak ada tiket masuk yang diterapkan disini, namun disana ada kotak amal yang dapat anda gunakan untuk menyumbang ala kadarnya. Setelah itu, anda akan mendapatkan surat ijin yang nanti dapat digunakan untuk bisa masuk ke kompleks pemakaman.

Surat ijin tersebut pun tergolong ampuh karena setelah itu, anda akan diperbolehkan naik ke atas bukit. Jalan yang harus ditempuh pun menanjak dan berkelok-kelok. Bila anda perhatikan, di kanan kiri jalan anda dapat menyaksikan pagar pembatas atau pegangan dengan ukiran arca yang telah penuh ditumbuhi oleh lumut.

Di tengah perjalanan, anda akan mendapati sebuah tugu yang dijadikan sebagai penanda makam Astana Mangadeg. Selain itu, disebelah tugu tersebut juga disediakan ruangan yang sering digunakan untuk tempat bermeditasi. Sedangkan dibelakang ruangan tersebut, anda bisa mendapatkan akses masuk menuju ke Astana Giribangun.

Nah, anda pun bisa melanjutkan perjalanan lagi ke Astana Mangadeg yang masih sekitar 200 meter diatas sana. Sebelum anda masuk ke kompleks, anda akan diminta untuk menyerahkan kartu ijin yang tadi anda peroleh di pintu masuk pertama. Untuk pengunjung wanita, mereka diwajibkan untuk memakai kain jarik, sedangkan untuk para pria, mereka diperbolehkan menggunakan apa saja asalkan pakaian yang dikenakan sopan.

Setelah itu, anda pun dapat masuk ke kompleks Astana Mangadeg. Jika anda mencari makam Pangeran Sambernyawa, tempatnya ada disebelah kiri sendiri yang ditutupi dengan kain putih. Sedangkan diruangan yang lain, disebelah kirinya terdapat makam istri-istri beliau.

Jika anda perhatikan, disekitar makam utama juga dapat ditemui makam lain yang semua itu digolongkan menurut pangkat, kedekatan dengan keluarga keraton sampai pada abdi dalem. Sedangkan disekitar kompleks pemakaman Astana Mangadeg, anda juga bisa mendapati tempat untuk istirahat setelah melakukan pendakian.

Dari sana, anda masih bisa menikmati pemandangan dengan view sangat indah khas pegunungan dengan udaranya yang masih segar dan sejuk.

Dan sebagai tempat yang dikeramatkan bagi sebagian besar orang Jawa, maka tidaklah mengherankan bila pada hari-hari tertentu seperti malam Jum’at Kliwon di bulan Suro, para pengunjung membludak. Mereka mulai berdatangan sejak pukul 16.30 WIB. Dan semakin malam, pengunjungnya pun akan semakin bertambah.

Mereka dapat berasal dari pulau Jawa dan bahkan sampai ke Mancanegara yang mempunyai darah Jawa. Mereka datang dengan tujuan untuk ‘ngalap berkah’ atau mencari berkah dengan cara berziarah ke makam-makam orang yang dikenal sakti.

Mereka pun rela untuk menginap di komplek pemakaman dan rajin untuk datang berziarah tiap malam Jum’at Kliwon. Ada harapan besar yang mereka tunggu seperti agar rejeki tetap lancar, usaha sukses, enteng jodoh, serta karir tetap cemerlang.

Karena tempatnya yang dekat dengan makam Astana Giribangun, maka pengunjung yang datang pun memiliki pilihan. Untuk langsung naik ke atas Astana Mangadeg, atau hanya mau sampai ke Astana Giribangun. Dan karena tempat ini termasuk tempat yang dianggap keramat, bila anda berniat untuk datang, jagalah sikap dan perilaku anda.

Selain itu, karena tempat ini merupakan tempat pemakaman dan jarang penjual makanan, mungkin lebih baik bila anda mengisi perut terlebih dahulu sebelum mendaki ke atas bukit. Tetapi, anda pun masih diperkenankan untuk membawa air minum. Selamat berziarah.

Banyak fenomena mistis membuktikan keberadaan Astana Mangadeg, komplek pemakaman para penguasa Istana Mangkunegaran, salah satu pecahan dinasti Mataram. Makam itu merupakan Raja Mangkunegoro III (sebutan jawa; Mangkunegoro III) keturunan Raja Mataram Panembahan Senopati selalu melindungi dan merestui makam anak cucu di bawahnya. Salah satu yang dimakamkan disini adalah Kanjeng Pangeran Adi Pati arya Sri Mangkunegara I. Pangeran Adi terkenal dengan sebutan Pangeran Samber Nyowo. Tokoh kesohor raja Mangkunegaran dikenal sakti mandraguna dan selalu menjadi rujukan raja-raja Mataraman baik Surakartan (Solo) dan Ngayogyokarto Hadiningrat (Yogya).

Kejadian-kejadian mistis itu seolah-olah kedua raja dan sesepuh Mangkunegaran yang dimakamkan di sini di antaranya Kanjeng Pangeran Adi Pati Arya Sri Mangkunegara I, atau disebut Pangeran Samber Nyowo memberikan restu maupun memberikan perlindungan pada saat-saat tertentu dari kejahatan atau perbuatan tangan-tangan jahil. Beberapa peristiwa dan fenomena mistis aneh terjadi di antaranya saat makam Presiden Kedua Indonesia, HM Soeharto digali. Suasana pemakaman Soeharto di Astana Giribangun kala itu sedang redup, tak ada awan. Hanya angin yang berhembus pelan saat itu. Soeharto dimakamkan pada Minggu Wage, 27 Januari 2008 setelah Azan Asar sekitar pukul 15.30 WIB. Keluarga besar Soeharto dan sejumlah tokoh ternama baik dari dalam maupun luar negeri.

images2Sebelum penggalian, keluarga besar Soeharto melakukan upacara Bedah Bumi. Tujuannya adalah agar penggalian dapat berjalan lancar dan selamat. Upacara tersebut dipimpin oleh Begug Purnomosidi mantan Bupati Wonogiri. Upacara dimulai dengan menancapkan linggis ke tanah pemakaman sebanyak tiga kali. Yang pertama, tidak terjadi apapun dan begitu pula dengan yang kedua. Namun, kejadian yang membuat merinding bulu kuduk terjadi saat linggis mengoyak tanah untuk kali ketiganya. “Tiba-tiba, duar! Terdengar suara ledakan yang sangat keras bergema di atas kepala kami,” kata juru kunci makam keluarga Soeharto di Astana Giribangun Soekirno. Para penggali makam dan orang-orang di sekitarnya sontak kaget mendengar ledakan itu. Mereka saling berpandangan. Bingung. Mencoba mereka-reka dan mencari-cari dari mana asal suara menggelegar itu.“Bukan bunyi petir, lebih mirip suara bom besar meledak di atas cungkup Astana Giribangun,”  kata Sukirno.

Anehnya, tak ada yang porak poranda. Tak ada benda yang bergeser karena suara ledakan itu. Terbesit di pikiran, mungkin itu suara ghaib. Semua yang ada di tempat itu terdiam, terpaku. Lalu, suara Begug Purnomo Sidi memecah keheningan. “Bumi mengisyaratkan penerimaan terhadap jenazah beliau,” tutur Sukirno, menirukan kalimat Bupati Wonogiri. Tidak hanya itu yang dialami sang juru kunci Astanagiribangun Sukirno. Beberapa bulan sebelum kematian Soeharto, terjadi longsor mendadak di bawah Perbukitan Astana Giribangun. Selain pengalaman menggali makam Soeharto, pria kelahiran Karanganyar tahun 1953 itu juga masih ingat ketegangan terjadi di Astana Giribangun, tahun 1998, saat kekuasaan Soeharto berakhir. Masa di mana-mana menghujat dan ingin mengadili Soeharto beserta keluarganya. Terjadi pula perebutan tanah-tanah serta pengerusakan aset negara yang saat itu dikuasai Soeharto di beberapa daerah. Hingga merembet ada kabar, makam keluarga Soeharto itu bakal diserang dan akan dirusak oleh ribuan masa. “Bersama warga saya memasang drum-drum di tengah jalan. Di depan pertigaan di depan SD Ibu Tien yang terletak di tanjakan menjelang Astana. Kami memalang puluhan batang bambu ori berduri. Siapa yang melintas dengan berjalan kaki sekalipun, tak bakal gampang menembusnya,” tutur Sukirno.

Malam-malam pun terasa panjang. Orang-orang kampung dan desa secara bersama-sama dengan pengurus dan berjaga di sekitar makam. Dari pesawat komunikasi HT terdengar sandi, 1.000 “kuda lumping” yang artinya ada seribu pengedara sepeda motor menuju dan bergerak mengarah ke Astana. Atau lima ratus “gerobak” atau 500 pengendara mobil juga. “Anehnya tak pernah sekalipun mereka yang hendak melempari Astana dan merusak bangunan makam di sini itu benar-benar tiba,”  kata Sukirno.  Sukirno berkeyakinan arwah para leluhur raja Mangkunegaran datang dan melindungi sebab arwah leluhur bagi orang Jawa diyakini masih bersemayam dan jika dalam situasi darurat akan muncul dan melakukan perlindungan. Apalagi leluhur mereka yaitu Kanjeng Pangeran Adi Pati arya Sri Mangkunegara I, yang terkenal dengan sebutan Pangeran Samber Nyowo yang memiliki Aji Panglimunan itu
Kumpulan Foto Astana Mengadeg:








Sumber artikel dan foto:
purubaya.blogspot.com
jalan2.com
swetadwipa.blogspot.com
wongalus.wordpress.com

0 comments:

Post a Comment